Selasa, 15 Mei 2012

Bulan Juni i Kuta Perbesi

"Bulan Juni i Kuta Perbesi".

Kesannya sedikit romantis, seperti sebuah judul lagu. Tapi ini bukan judul sebuah lagu Karo, atau setidaknya belum menjadi judul lagu. Namun bila rangkaian kata ini diucapkan kepada setiap orang yang berasal dari Kuta Perbesi (anak Perbesi),....... mereka pasti akan teringat akan kampung halamnnya, teringat akan suasananya. Ada gairah......, ada kerinduaan......, ada rasa gembira, sedih, gundah, galau......... 
Mengapa ?, Engkai ?. Karena akan tiba "Merdang Merdem". Kerja Tahun kata anak-anak muda. Sampai saat ini keramaian terbesar di Kuta Perbesi masih pada saat Merdang Merdem dan bagi yang tinggal di luar Perbesi, inilah mudik resminya.  Awal bulan Juni, sudah terasa suasananya :

" La ko mulih Merdang Merdem enda tongat"
" iiii... mulih nim, la lit tambangna, lit kin jena rehen ndo, dua mulih sada pe bancing."

" Mantek nge kena tahun enda kadih ?" 
" Mantek nak e, enggo ku tempahken kubayangku pe, megara kuban rupana, doko cerlak pagi ia".

" Piga tumba perbantendu Bengkila...,nangdangi keri ee.?
" Lima tumba permen..... Ruh kuakap impalndu kerina tahun enda, ula kam pagi lupa teritesna."

" Ise perkolong-kolongna kerja tahunta nda nake.....?"
" Tahun  enda, maka teh ko, Ayu Ting Ting ras Inul si tudongi ... Uga akapmu, ma engggo cot."

Berbagai persiapan dilakukan, ada yang memperindah rumah, membangun kuburan orang tua yang sudah meninggal, membeli berbagai perlengkapan dan perhiasan, ada juga yang "ngereh". Ada yang senang, tidak sedikut pula yang pening atau poning (sedikit diatas pening dan pusing). Ini lah Merdang Merdem, jalani saja.....

Ada apa dengan Merdang Merdem ?, apa maksud dan tujuannya, apa makna di baliknya ?.
Setiap etnis mempunyai acara serupa yang mungkin berbeda bentuknya. Ada yang sudah terlupakan dan ada yang masih tetap dilestarikan, dan kita salah satu etnis yang masih melestarikan. Setiap masyarakat yang hidupnya berdekatan dengan alam, hidup dari hasil bumi, akan mengenal acara serupa. Kegiatan tersebut merupakan ungkapan rasa sukur kepada Tuhan atas aktifitas yang telah dilakukan dalam satu tahun, inilah makna hakikinya. Bentuknya adalah saling megunjungi mempererat persaudaraan (sidahi-dahin), memperlihatkan rasa hormat (mehamat), mengasihi (sikeleng-kelengen). Bagi muda-mudi (anak perana - singuda nguda) memperlihatkan bahwa dia sudah  tumbuh menjadi suatu pribadi utuh (enggo mbelin ras ertanggung jawab, adi nai enggo ikut bas Aron  ku juma).
Dalam konteks kekinian, bagaimana kita memaknai Merdang Merdem ini, manfaat apa yang dapat kita ambil disamping makna di atas tadi. Begitu besar dana yang dibelanjakan, waktu yang diluangkan,  tenaga yang digunakan dan orang yang dikumpulkan. Mestinya bisa diambil keuntungan dari berbagai  sisi.   Bila kita telaah dari komponen hidup berbangsa dan bernegara : Dari sisi Ideologi dan Politik mari kita per-erat kesadaran berbangsa dan kebersamaan, jangan sampai momen ini malah digunakan jadi ajang politik praktis pada tingkat desa. Dari sisi Ekonomi ini bukan arena pemborosan dan ercidah-cidah, tapi kalau bisa saling menolong, memotivasi dan memberi pencerahan. Dari Sosial Budaya ini lah kesempatan kita  memperindah seni dan budaya Karo, jadikan ini ajang kreativitas dan inovasi seni budaya Karo,  kalau ada Lomba Tari Karo Nasional, inilah tempatnya, Kuta Perbesi menjadi salah satu penjuru dalam dalam pakem Tari Karo akan keindahan Tari Karo. Sudah saatnya juga acara ini melibatkan acara keagamaan. Dari sisi  Pertahanan dan Keamanan, kita tunjukkan dan kita praktekkan bagaimana kita me-manage keamanan di kampung kita. Bahwa Kuta Perbesi Aman dan tenteram, Anak Kuta Perbesi  bukan centeng kuta, tapi  orang yang sopan, bersahabat, berbudaya dan ramah dikunjungi. Endam man cidahenken nakeeeee...

Radu jumpa kita tanggal 22 Juni 2012 i Perbesi, Merdang Merdem tahun 2012. Ruh kam baba luahndu, rumahta i Kesen Rumah Jahe. Apai rumah Sebayang Mergana nindu uga pa pe jumpa nge kam. 

Sentabi ras mejuah-juah.
Tanjungpinang, Juni 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar