Senin, 07 September 2015

RUMAH ERLAJAR - TUALAH SIRULO

Pasca pemberian hadiah prestasi kepada anak-anak sekolah yang meraih juara 1 s.d 3 di Desa Perbesi pada Bulan Juni 2015 yang lalu, terlihat bahwa ada semangat belajar yang tinggi di kalangan anak-anak sekolah di Desa Perbesi. Para orang tua, juga terlihat antusias atas kegiatan ini. Maka setalah di evaluasi, maka diputuskan secara bersama, Perhimpunan Tualah Sirulo akan mengusahakan pendirian Rumah Belajar atau Rumah Baca, yang dinamai " Rumah Erlajar Tualah Sirulo" di Desa Perbesi. Kita juga mengucap syukur dan sangat berterima kasih, bahwa sudah ada orang tua yang rela menyediakan rumah-nya menjadi tempat Rumah Belajar serta bantuan dari donatur-donatur yang juga sudah mulai terlihat.

Barangkali akan timbul pertanyaan, apa perlunya rumah belajar, apakah akan bisa dikelola, sampai kapan bisa dipertahankan. Mungkin kita harus sedikit melihat kondisi dan kebiasaan belajar serta ketersediaan sarana belajar di kampung kita Desa Perbesi. Sebetulnya, gedung-gedung sekolah SD dan SMP sudah dibangun cukup bagus dan dua sekolah tersebut sudah berdiri sejak tahun 60-an untuk SD dan tahun 70-an awal untuk SMP, jadi sudah cukup tua serta sudah banyak menghantarkan anak-anak Perbesi mengenal pendidikan, namun kebiasaan belajar setelah pulang sekolah terlihat belum terbangun, sehingga prestasi belum maksimal. Setelah pulang sekolah, kebanyakan anak-anak hanya bermain yang rentan melakukan kebiasan-kebiasaan buruk seperti merokok, berjudi dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Hal tersebut terlihat juga dari semakin sedikit, anak-anak Desa Perbesi yang melanjutkan sekolahnya sampai ke pendidikan tinggi dan kalah bersaing dengan anak-anak yang hidup di kota dalam mencari pekerjaan.

Berangkat dari pemikiran di atas, pendirian Rumah Belajar, dianggap hal yang tepat untuk meningkatkan kebiasaan dan semangat belajar sekaligus sarana memerangi kenakalan remaja, disamping itu Rumah Belajar yang dilengkapi dengan buku-buku pelajaran, majalah-majalah, buku-buku motivasi, dll serta dilengkapi dengan perangkat komputer yang terhubung internet, diharapkan akan membuka wawasan dan menambah pengetahun umum anak-anak di Desa Perbesi. Rumah Belajar ini, juga dapat menjadi sarana komunikasi antara anak-anak Desa Perbesi dengan senior-seniornya yang sudah hudup di kota-kota seluruh Indonesia dan sekaligus sarana pembentukan karakter saling membantu antara anak-anak.

Kegiatan ini, tentunya juga tidak mudah untuk di wujudkan, memerlukan pengorbanan waktu, pemikiran dan materi. Tetapi kalau dikerjakan secara gotong royong dengan semangat kerja sosial dan investasi amal, akan dapat di kerjakan.  Rumah Erlajar Tualah Sirulo di Perbesi, masih membutuhkan sumbangan kita, baik berupa pemikiran, buku-buku  bekas maupun baru, dana dan apa saja yang dapat membangun Rumah Belajar ini. Kami mengharapkan partisipasi kita semua.

Terima   Kasih.


Senin, 24 Agustus 2015

Generation Gap

LANAI SIANGKAN -  GENERATION GAP ???


"Iyah,.. nakku yah, ridi kam, enggo bun e"..., maka kita man. " Ihhh, kok mandi terus sih, udah enggak usah mandi, E. enggo bagi-bagi sejengang sitek aku megisa jabab e.

"Iyah,,, dahiken PR-ndu nda, ula kari bas mata na e, lenga dung nindu ka. " Tenang aja Pa.. selesai nanti semua itu (janah njemak HP). Tapi, dungna labo dung, enggo ka kita kuskas sada jabu. Dakam katak si ku panggang e lalit la gesting.

"Sikap ban uis ndu yah, sigedang tanna ban.  Ence suri i  buk e,  maka mejile. "Papa ini, enggak tahu baju yang bagus, ini sudah bagus, modelnya, ya seperti ini". Bonjing kidah ku akap.

"Erlajar landek kam yah, gelah beloh kam landek Karo, ence mantek kam pagi, sekali lah gia  bas merdang merdem Perbesi e". " Enggak usah Pa, aku enggak berbakat landek-landek itu, papa saja yang landek". Io ooh, lit ka kin kepe bakat-bakaten bas landek e pee ??.

Mon-mon, perban lanai begiken anak, piah ruh ka sora megang. "Adi aku nai, lo bagi kena ena....". Ku Lau Jahe ah maka banci ridi, epe ridi aku"...

Lanai kepe kita siangkaan ras anak-anak e. Cara peruis,  perlajar, pengerana, nuriken pendapat pe mon-mon enggo kita i bantah leben. E maka rukor-rukor menda kita, si apai ngenda si payo. Tah kita kin enggo enda ketadingen, Gelarna ngenca enggo tading bas Kota, tapi perukuren bagi anak Perbesi denga, ence, ruh tua na ruh me kutana ka pe.

Gap Generation, nina ka istilah sigundari. Antara nilai-nilai si dat kita nai, ibas kuta Perbesi bagepe pengalamen-pengalamen kegeluhen si enggo i bentasi, ibandingke ras nilai-nilai si dat anak-anak gundari enggo lit kepe kelang-kelangna. Adi ateta min, ula min pagi anak-anak enda, bene nilai-nilai kalak Karona. E maka si usor-usor lah, ula kita medu-medu ngerana man anak-anakta. Merampus - merampus pe ia sitek megi kita ngerana kerna adat ras kebiasanta sinai, teruslah kataken. Ertoto kita ku Dibata, maka pasu-pasuna ajar si nibereken kita.

Tutus tendu sekolah, kerina kam anak-anak kami, seh pagi sura-surandu, sehat-sehat ras mejuah-juah kam, kam nge generasi penerus kalak  Karo. Njujuri Dibata,









Jumat, 03 Juli 2015

BENCANA SINABUNG - MBELANG DENGA KUTA KALAK KARO



Bencana akibat erupsi Gunung Sinabung, telah berlangsung dalam hitungan tahun. Banyak penderitaan dialami saudara kita yang berada di sekitar gunung, kehilangan sanak saudara, tempat tinggal, sumber mata pencaharian, masa depan bahkan mungkin harapan yang terkubur di bawah lahar dan debu gunung Sinabung. Prihatin, karena dalam negara yang gemah ripah loh jinawi dan era ke-emasan ilmu pengetahuan ini, dalam negara yang mengabiskan begitu banyak uang untuk memilih wakil dan pemimpin ini, ternyata belum bisa berbuat banyak untuk menolong saudara kita yang sudah lama ditimpa bencana, sekali lagi sudah laaamaaa tertimpa bencana. 

Barangkali, kita sendiri yang harus menolong diri kita. Kita penduduk Taneh Karo yang bermukim di wilayah Kabupaten Karo, Karo Langkat, Deli Serdang, Kota Medan, sebagian Dairi, Aceh Tenggara, Simelungen dan wilayah lain yang merupakan kampung-kampung Kalak Karo. Kita terbangun atas masyarakat adat dalam sistem kekerabatan senina, anak beru ras kalimbubu. Mari kita menolong senina, anak beru ras kalimbubu kita dengan kearifan lokal kita, adat kebiasaan kalak karo.  

Masalah terbesar bencana Gunung Sinabung saat ini adalah relokasi penduduk yang terkena dampak langung erupsi dan pemberdayaan ekonomi mereka, Mereka tidak menuntut banyak, hanya berikan mereka tempat tinggal dan ladang untuk bekerja. Namun ini merupakan pekerjaan sulit dan membutuhkan biaya yang besar. Dimana terdapat lahan yang cukup luas untuk perkampungan dan perladangan mereka, kemudian membangun sarana dan prasarana penunjangnya. Inilah yang kita kerjakan di Siosar, apakah ada lokasi yang lain ?. 

Sebaiknya Pemerintah membuat perkiraan terburuk dan memetakan wilayah di sekitar Sinabung yang harus dikosongkan, yang untuk selanjutnya (tidak ada batasan waktu) tidak akan dijadikan tempat tinggal dan perladangan  kembali. Selanjutnya peran kita senina, anak beru bagepe kalimbubu, mari kita mengajak dan mempersilahkan saudara kita korban gunung Sinabung untuk pindah ke kampung kita. Pemerintah menyediakan tempat tinggal dan modal awal mereka untuk bekerja, sebagai pengganti lahan mereka yang sudah dikuasai Pemerintah. Apabila satu kampung dapat menampung sampai 10 KK, maka untuk seluruh perkampungan Kalak Karo yang tersebar luas di Sumatera Utara, akan cukup banyak pengungsi yang dapat segera disalurkan dan hidup normal kembali .

Model ini hanya sebuah usulan dengan pendekatan kearifan lokal Kalak Karo.  Juga barang kali masih sulit untuk mewujudkannya. Namun model yang ingin dibangun adalah kerjasama pemerintah dengan masyarakat Karo dalam menolong senina, anak beru ras kalimbubu mereka.

Mejuah-juah