Kamis, 02 Oktober 2008

Ertutor (Ertutur) Roh Adat Karo

Mejuah-juah.
Apakah sebenarnya adat karo yang sering dibanggakan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat karo ?. Sering kita menganggap bahwa yang disebut adat karo itu adalah tata cara yang dilakukan dalam penyelenggaraan perkawinan, kematian, memasuki rumah baru dll, tidak jarang kita lihat terjadi dialog yang bertele-tele saling mempertahankan pendapatnya tentang pelaksanaan acara tersebut. Apakah ini salah, tentu saja juga tidak, tetapi kadang memang terlihat bahwa adat karo itu menjadi suatu yang sulit untuk dimengerti dan tidak jarang pelaku pembicara dalam adat karo di dominan oleh orang tertentu yang mengerti tata cara adat tersebut. Akibatnya adalah sebagian orang menjadi anti pati dan tidak dapat menghargai adat karo, bersikap acuh bahkan tidak menghargai budaya karo, terutama bagi generasi muda karo yang hidup di perkotaan dan generasi yang lahir diatas tahun 1970-an.
Akapah sebenarnya adat karo itu, apakah yang dipertunjukkan dalam upacara adat itu ?, “ya”, tetapi itu hanya sebagian kecil dan hanya bagian tata upacaranya saja , adat karo yang sebenarnya adalah pola sikap dan pola tindak masyarakat karo dalam kehidupannya. Bagaimana masyarakat karo menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial diatas bumi ini.
Ciri utama adat karo adalah tutor siwaloh yang merupakan kode etik pergaluan masyarakat karo, disana mencakup pola sikap dan pola tindak dalam pergaulan, inilah sebenarnya yang mengikat dan sekaligus menjadi ciri utama adat masyarakat karo. Dalam konsep ini seluruh masyarakat karo bahkan semua manusia di dunia adalah keluarga dalam arti sebenarnya. Tidak ada masyarakat karo yang tidak mempunyai keluarga dimanapun dia berada, sebutan bengkila, mama, permen, bere-bere, turangku, impal, silih dll, adalah sebutan yang menciptakan kedekatan, keharmonisan, kepuasan batin yang bukan berpura-pura dan menjadi pengikat yang begitu erat. Maka ertutor lah karena semua kita keluarga dan wariskan budaya ertutor. Kemudian bagaimana dengan tata upacara adat-nya, itu hanya manifestasinya turunan dari tata pergaulannya, yang dapat berubah menurut ruang, tempat dan waktu, yang lebih penting adalah kode etik pergaulannya, maka semuanya akan menjadi mudah.
Apabila seseorang memanggil kita dengan sebutan tutor, seperti bengkila atau mama maka orang yang memanggil/dipanggil tersebut sudah dianggap seperti keluarga sendiri, seperti anaknya sendiri. Apakah ada budaya atau adat lain yang mengatur tata pergaulan seperti ini, mungkin ada tetapi saya yakin tidak banyak di dunia ini, umumnya tata pergaulan lain hanya mengatur pergaulan yang berinteraksi langsung atau dekat lingkungannya tanpa ada ikatan secara emosi.
Apakah adat ini masih relevan, sampai saat ini masih sangat relevan, bahkan menurut kami semakin perlu, tata pergaulan dunia saat ini dan masa yang akan datang akan dipengaruhi banyak oleh nilai-nilai kejujuran, kepedulian, profesional dan cinta lingkungan. Budaya karo sudah melakukannya sejak dahulu maka adat karo perlu mendunia, mari kita perkenalkan budaya ertutur kepada masyarakat lain, jangan menutup diri dengan orang asing (non karo) ajak mereka ertutur, panggil mereka dengan sebutan tutor karo dan perlakukan mereka seperti sebutan itu. Maka yakinlah orang asing akan datang ke Taneh Karo, menjadikan Taneh Karo menjadi kampung keduanya. Taneh Karo menjadi Taneh Simalem bagi semua orang, taneh harapan, taneh yang penuh kasih Tuhan. Karena adat karo itu dasarnya adalah kasih.
Mejuah-juah
Cilangkap, 2 Okt 2008

Rabu, 04 Juni 2008

Tahun Sibuk - Salang ko Ngalah-ngalah


Pada saat memasuki tahun 2008, ada rasa optimis yang besar melihat tahun 2007 yang penuh kegembiraan dan kesuksesan. Begitu berada dalam tahun 2008, terasa beban menjadi berat. Tahun ini betul-betul tahun yang super sibuk dan mengandung ketidakpastian bagi saya. Pada saat memasuki mutasi baru dikantor yang membutuhkan konsentrasi untuk adaptasi, mencari sekolah Denis yang tahun ini akan masuk SMP, rencana mengikuti pendidikan jenjang di kantor yang menuntut persiapan super matang, kenaikan harga BBM, kegiatan sosial yang semakin banyak, kebutuhan sepeda motor istri di rumah untuk mengantar anak-anak yang semuanya bersamaan dengan kerja tahun Perbesi yang sudah dekat. Semuanya ini menuntut doku, duit, money atau pitieh kata orang Solok. Rasanya kepala sudah mau pecah, aset sudah dijual, sepeda motor yang biasanya digunakan di rumah sudah terjual murah, tinggal ngutang yang belum dan mudah-mudahan tidak lah. Ini lah tahun 2008, sudah kesulitan cash flow masih ditambah lagi ribut-ribut FPI, Banser, Ahmadyah dan sebagainya yang memberikan rasa khawatir akan situasi keamanan bangsa.
Tapi sudah lah itu semua, kita lalui dengan perlahan-lahan "manjar-anjar". Pada tahun ini juga kegiatan keagamaan mesti ditambah lebih banyak sebagai penyeimbang dan berharap berkat Tuhan akan bertambah, semoga saja di komunitas ini tidak terjadi friksi-friksi antara jemaatnya karena kalau terjadi mau kemana lagi-lanai lit taneh kerah".
Maka sudah aku putuskan, tahun ini tidak akan pulang kampung Kerja Tahun, dan akan aku beritahu kepada seisi rumah akan keputusan tersebut. Mungkin juga Denis akan dibawa Pak Tuanya atau mama udanya ke Kampung itu persoalan lain.
Pohon rambutan di depan rumah begitu rimbun, hamparan rumput dibawahnya masih hijau dan bunga-bunga jenis keladi (entah apa nama populernya yang sedang diminati istri) masih belum layu, maka aku mengangkat kursi rotan bututku ke bawah pohon, duduk berselonjor "terdo", sambil mendengarkan sarune dari tape, ku hembuskan asap rokok keluar kerongkongan, Huuuussh. Salang ko ngalah-ngalah.

Rabu, 07 Mei 2008

Merdang Merdem

Merdang-merdem, biasakape igelari Kerja Tahun, Ngerires, nimpa bunga benih ras sidebanna. Ibas bulan Juni sireh enda, kuta i Kec. Tiga Binanga-Singalor Lau, erbahan merdang-merdem, emaka kari ibas bulan Juli i Kec. Kuta Buluh, Bulan Agustus i Juhar, terus ku bulan Oktober i Simpang Empat.
Ibas bulan-bulan enda biasana nai, enggo salang sai pendahin i juma, peranin enggo dung, bagepe merdang sinuan-sinuan ibas musim simbaru enggo mulai ibenaken litpe deba enggo dung. Emaka tanda meriah ukur, ras nambari ate tedeh man kade-kade ibanme merdang-merdem. Pengulu runggu ras anak kuta nentuken wari si mehuli, menurut kebiasan si adi emkap ibas wari beras pati medem, gelap bulan enggo kenca dung Tula. Nangdangi warina, emaka ibahan me gotong royong pesai kuta, dalan, tapin ras sidebanna, lit ka deba ngecet rumah, nggusgusi kudin ras selembut.
Merdang-merdem enda lit telu wari dekahna, wari si pemena igelari mantem, entahpe motong, emkap wari nikapken gulen, i potongme lembu si itukur ras-ras sinigelari erbante. Adi nai, nina lembu enda i pantem salu lembing, emaka i gelari mantem.
Anak perana nampati mamana nikapken gulen, ergat-gat kurumah mama, singuda-ngudape nampati ku rumah bibina nggiling cina ras pesikap piring tahpe amak, kade-kade si tading ikuta sideban mulai ruh maba luah i kutana nari, ndahi kalimbubu bagepe anak beru ras senina. Singuda-nguda ras anak perana si mantek nikapken guro-guro aron adilit kin ibahan gendang guro-guro aron, la ketadingen danak-danak erbaju mbaru, babah kemuit cingat-ngat mangani luah tahpe sinitukur bas perbinaga nari. Gara cimber api i rumah ras i ture maba bau daging tutungen, gat-gat, rendang bagepe bau terites. Emaka kenca ben wari, temue sitandang kuta dauh nari mulai ruh ku rumah, ipesikap nakan pangan, anak perana singuda-nguda mon-mon lanai bo tandai simada rumah, kerina i pesikap nakanna, ibaba ertutur, emaka tambah kade-kade tambah teman. Enggo terbegi sora gendang i los, bapa aron ngiah-ngiahi aronna i los nari, lit ka deba ngelegi aron ku rumah, ndarat kebaya simejilena, uis sierndilapna rikutpe kampoh si merimna. Meriah akap anak kuta, mantek permen ras bere-bere, mejile perlandekna, surak orang tua, enggo kepe mbelin bebereku, permenku atena.
Emaka wari peduaken, kenca terang wari, emkap wari Matana, sidahi-dahin ku rumah kalimbubu ras anak beru, kerina kade-kade reh ku jabu, ibas wari enda me siiteh pergeluh kade-kadenta, anak enggo mbelin ras sidebanna. Ibas kerina rumah sinidahi isikapken rusur nakan tah pe inemen, emaka banci seh 10 kali kita man sada wari (bas paksa merdang-merdem melala kalak gawah/mesui beltek), maler panas perban erdalin kekerumah.
Wari peteluken, emkap nimpa-nimpa, erbahan cimpa, man luah mulih kade-kade. Anak perana singuda-ngudape ikut erbahan cimpa. Latih tuhu daging perbahan kurang perpedem, ngalo-ngalo kade-kade tapi ukur meriah, mulih kade-kade ku kutana.
Endam merdang-merdem di Singalor Lau. Gundari enggo melala perubahan, tapi makna ras jiwa merdang-merdem lalap nggeluh.
Tahun 2008 enda merdang-merdem i Perbesi tanggal 27/28, ruh kam, rumahta i Rumah Jahe.
Bujur

Kamis, 31 Januari 2008

Kuta Kemulihen



Kuta kemulihen atau kampung asal barangkali begitu disebut dalam Bahasa Indonesia adalah kampung dari suatu marga, dari kampung tersebutlah seseorang atau nenek moyangnya berasal dan biasanya didirikan oleh marga tersebut, maka kita mengenal kuta kemulihen marga Ginting di Suka, Tarigan di Juhar, Sebayang di Perbesi, Kuala dan sebagainya. Namun ada juga kuta kemulihen yang bukan didirikan oleh marga namun biasanya marga tersebut sudah memiliki Kesain di kampung tersebut, seperti kuta kemulihen Sembiring Depari ada di Perbesi, dsb.
Kuta Kemulihen sebetulnya adalah manifestasi dari suku Karo yang menganut faham Patrilineal, geneologis dan teritorial. Adalah kurang sempurna bagi orang Karo bila tidak dapat menelusuri asal usul keturunan orangtuanya (Patrilinel-geneologis) dan darimana asal kampungnya (Teritorial). Salah satu identitas Karo adalah adanya ikatan dan hubungan dengan Kuta Kemulihen.
Dalam perkembangan, konsep budaya ini semakin terkikis dan terkoreksi oleh pola kehidupan yang berubah akibat idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dll serta dipercepat oleh teknologi dan informatika. Maka banyak kemudian yang tidak lagi peduli dengan konsep Kuta Kemulihen, dan tinggal menunggu waktu maka identitas Karo akan Kuta Kemulihen, Kuta Panteken akan musnah.

Salah satu penyebabnya adalah jual beli tanah di kampung, tanah dijual kepada orang yang bukan penduduk asal atau bukan pemilik marga, maka lama kelamaan, tanah di kampung tersebut dimiliki oleh orang asing atau bukan pemilik marga. Hal lain adalah semakin tidak dipatuhinya pelaksanaan hukum adat, bahwa tanah adalah milik kampung atau milik marga, tidak boleh dijual belikan dan hanya boleh diwariskan kepada anak laki-laki. Maka kemudian terjadilah Kuta Kemulihen dimiliki oleh marga lain, jangan heran bila sekarang kita temui, Kuta Kemulihen Ginting Mergana, Tarigan, Peranging-angin dihuni dan dimiliki oleh suku atau marga lain. Maka kemudian ada pembicaraan ertutor :

" Siapai dage Mergandu ?."
" - Sebayang".
dst .....
"Ja Kuta kemulihenta ?".
" Ih... Nini nai Perbesi nari, tapi aku labo pernah kujah, la kuteh ja pe Perbesi e.

Maka akan hilanglah Identitas Karo, sebutan-sebutan seperti : Sibayak Kuala, Pulu Limang, Sibayak Kuta Buloh, dll yang menjadi sebutan menunjukkan Marga akan hilang dan tidak membawa makna, bagaimana bisa disebut Sibayak Kuala, Pulu Limang dll kalau sudah tidak memiliki ikatan lagi dgn kampung tersebut ( Lanai lit tanda-tandana).

Catt. Gambar diambil dari http://www.geocities.com/putrakaro/tanahkaro.html



Sabtu, 26 Januari 2008

Tuhanku



Kau pencipta bumi
Kau pencipta hewan dan Manusia
Kami turut patuh padaMu
bersyukur atas semua ciptaanMu
Kini banyak manusia jatuh kedalam dosa
Membiarkan iblis memimpin mereka
Membiarkan mereka memasuki lorong panas yaitu neraka

Tuhanku kami hanya mau bersamaMu
Tidak akan mau masuk kedalam dosa
Hanya bersamaMu Yesus Bapaku
Puisi oleh : Kezia Sebayang

Rabu, 23 Januari 2008

Wine/anggur untuk Taneh Karo


Wine, atau anggur adalah minuman mewah yang biasa ditemui dalam perjamuan-perjamuan makan, atau kalau mau menikmati sendiri pergilah ke wine shop, wine corner maka kita bisa menikmati berbagai jenis wine atau anggur, walaupun dengan harga yang tidak murah alias mahal. Dengan kata lain anggur adalah minuman yang berkelas dan mahal.


Sudah sejak ribuan tahun yang lalu, anggur dikonsumsi oleh masyarakat terutama di dunia Barat, bahkan di dalam Bible kita membaca tentang kisah anggur di perjamuan nikah dan banyak perumpamaan tentang anggur.


Banyak jenis anggur berdasarkan asal, cara pembuatan, kwalitas, tetapi secara umum kita mengenal anggur putih atau anggur merah, keduanya berasal dari buah anggur dengan proses pembuatan yang berbeda, tetapi yang jelas anggur ini adalah minuman kuno yang sudah diproduksi orang sejak dahulu kala. Cara pembuatan anggur sebetulnya tidak susah-susah sekali dengan cara pembuatan yang sederhana banyak anggur bermutu yang dihasilkan, tetapi memang semua bermula dari penanaman bibit anggur yang berkualitas.


Anggur memang bukan tanaman yang tumbuh subur di Taneh Karo Simalem, bukan tanaman yang dikenal sehingga kita hanya mengenal tuak yang berasal dari pohon nira atau kelapa dan tidak layak diproduksi karena tidak enak dan memabukkan. Tetapi mengapa kita tidak mencoba membuat anggur (Wine), karena tidak susah dan berharga tinggi.


Sekarang mulai dikenal Fruit Wine, anggur yang dihasilkan dari buah-buahan selain anggur, rasa dan kualitasnya tidak kalah dengan anggur, Taneh Karo Simalem memiliki iklim yang sejuk, penghasil buah-buahan, sehingga layak dipertimbangkan sebagai penghasil fruit wine atau wine bila bisa menanam anggur.


Ini bukan mengajak kita untuk menjadi pemabuk, anggur yang dikonsumsi dengan benar menyehatkan dan menjadi gaya hidup, ini bisa menghasilkan uang, mari kita bereksperiment dengan berbagai buah untuk menghasilkan anggur buah yang pas.

Kamis, 17 Januari 2008

Vision for Taneh Karo

Taneh Karo, sebuah kabupaten yang berada di pegunungan, dengan akses yang jauh dan terbatas dari urat nadi perekonomian global maupun nasional. Sumber pendapatan masyarakat berasal dari pertanian tradisionil, kehutanan, pariwisata dan jasa secara terbatas. Belum ada kita temukan seorang pengusaha di Taneh Karo yang dikenal di tingkat propinsi konon lagi nasional, kelihatannya masih jauh. Peran pemerintah juga kelihatannya tidak banyak untuk merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena sibuk dengan masalahnya sendiri (kekuasaan ???), maka hanya masyarakat secara mandirilah yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidupnya, tetapi bagaimana ???.
Sekedar saran dan penggugah.
Pembangunan di Taneh Karo haruslah diarahkan kepada pembangunan berbasiskan pertanian, pariwisata dan jasa yang bersahabat dengan alam, kita sudah melihat banyak contoh di Pulau Jawa, karena tingginya eksploitasi terhadap alam, mengakibatkan banjir, kekeringan dan ketidakstabilan produksi yang akhirnya menyengsarakan rakyat. Sebagai pembanding Pulau Bali yang menjadikan alam sebagai sahabat, tetap hidup aman dan makmur.
Taneh Karo memang bukan Bali, Taneh Karo mempunyai ciri dan kekuatan sendiri, inilah yang harus digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Produk Pertanian. Taneh Karo diarahkan kepada pertanian berbasiskan alam, berteknologi maju peduli lingkungan dan menejemen modern. Pertanian di Taneh Karo harus ramah lingkungan hindari menggunakan bahan-bahan kimia tetapi pertinggi penggunaan bahan organik. Kembangkan produk tanaman hias dan obat dalam skala industri, sekaligus juga sebagai wisata pertanian.
Pariwisata. Taneh Karo adalah daerah yang sejuk, indah dan tidak terlalu jauh dari pusat propinsi di Medan, memiliki gunung-gunung baik api maupun tidak, sungai-sungai yang panjang dan mudah diakses. Pariwisata di Taneh Karo harus dapat memanfaatkan keindahan alam ini, industri pariwisata di Taneh Karo harus menjadi prioritas ke dua setelah pertanian, semua desa di Taneh Karo dapat menjadi daerah tujuan wisata, tetapi tentu saja perlu perubahan kultur, kebiasaan serta pembangunan fasilitas, tidak akan dapat dengan cepat terwujud ( Bali membutuhkan puluhan tahun agar dapat diakui sebagai wisata budaya, yang dirangsang oleh pemerintah/rajanya), dapat dimulai dari Berastagi dan desa-desa disekitarnya, tujuan akhir adalah Tourist masuk desa untuk menginap dan hidup bersama dengan rakyat desa.
Jasa. Sektor jasa adalah pendukung ke-dua sektor diatas, penduduk Taneh Karo terkenal dengan kegigihannya dalam belajar, pintar dan tertarik dalam pendidikan, sehingga sektor jasa yang membutuhkan kemampuan pengetahuan akan mudah dilakukan. Kembangkanlah sekolah-sekolah unggulan mulai dari tingakt SMP sampai Universitas di Tanah Karo yang bertaraf Internasional, biarlah sekali-sekali orang melanjutkan sekolah tidak ke Jawa tetapi ke Taneh Karo. Masih banyak sektor jasa yang dapat dikembangkan.
Semua ini harus berbasis masyarakat, masyarakat desa membentuk kelompok dipelopori oleh masyarakat yang tinggal diluar Taneh Karo yang sudah memiliki kemampuan modal, tidak ada yang akan dirugikan, semua untung, alangkah indahnya mendapat pendapatan yang besar dari kampung halaman sendiri dan membangun kampung halaman sendiri.
Tentunya ini hanya angan-angan tetapi bukankah sesuatu yang besar bermula dari mimpi dan angan-angan.
Tabi mejuah-juah,