Kamis, 31 Januari 2008

Kuta Kemulihen



Kuta kemulihen atau kampung asal barangkali begitu disebut dalam Bahasa Indonesia adalah kampung dari suatu marga, dari kampung tersebutlah seseorang atau nenek moyangnya berasal dan biasanya didirikan oleh marga tersebut, maka kita mengenal kuta kemulihen marga Ginting di Suka, Tarigan di Juhar, Sebayang di Perbesi, Kuala dan sebagainya. Namun ada juga kuta kemulihen yang bukan didirikan oleh marga namun biasanya marga tersebut sudah memiliki Kesain di kampung tersebut, seperti kuta kemulihen Sembiring Depari ada di Perbesi, dsb.
Kuta Kemulihen sebetulnya adalah manifestasi dari suku Karo yang menganut faham Patrilineal, geneologis dan teritorial. Adalah kurang sempurna bagi orang Karo bila tidak dapat menelusuri asal usul keturunan orangtuanya (Patrilinel-geneologis) dan darimana asal kampungnya (Teritorial). Salah satu identitas Karo adalah adanya ikatan dan hubungan dengan Kuta Kemulihen.
Dalam perkembangan, konsep budaya ini semakin terkikis dan terkoreksi oleh pola kehidupan yang berubah akibat idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dll serta dipercepat oleh teknologi dan informatika. Maka banyak kemudian yang tidak lagi peduli dengan konsep Kuta Kemulihen, dan tinggal menunggu waktu maka identitas Karo akan Kuta Kemulihen, Kuta Panteken akan musnah.

Salah satu penyebabnya adalah jual beli tanah di kampung, tanah dijual kepada orang yang bukan penduduk asal atau bukan pemilik marga, maka lama kelamaan, tanah di kampung tersebut dimiliki oleh orang asing atau bukan pemilik marga. Hal lain adalah semakin tidak dipatuhinya pelaksanaan hukum adat, bahwa tanah adalah milik kampung atau milik marga, tidak boleh dijual belikan dan hanya boleh diwariskan kepada anak laki-laki. Maka kemudian terjadilah Kuta Kemulihen dimiliki oleh marga lain, jangan heran bila sekarang kita temui, Kuta Kemulihen Ginting Mergana, Tarigan, Peranging-angin dihuni dan dimiliki oleh suku atau marga lain. Maka kemudian ada pembicaraan ertutor :

" Siapai dage Mergandu ?."
" - Sebayang".
dst .....
"Ja Kuta kemulihenta ?".
" Ih... Nini nai Perbesi nari, tapi aku labo pernah kujah, la kuteh ja pe Perbesi e.

Maka akan hilanglah Identitas Karo, sebutan-sebutan seperti : Sibayak Kuala, Pulu Limang, Sibayak Kuta Buloh, dll yang menjadi sebutan menunjukkan Marga akan hilang dan tidak membawa makna, bagaimana bisa disebut Sibayak Kuala, Pulu Limang dll kalau sudah tidak memiliki ikatan lagi dgn kampung tersebut ( Lanai lit tanda-tandana).

Catt. Gambar diambil dari http://www.geocities.com/putrakaro/tanahkaro.html



Sabtu, 26 Januari 2008

Tuhanku



Kau pencipta bumi
Kau pencipta hewan dan Manusia
Kami turut patuh padaMu
bersyukur atas semua ciptaanMu
Kini banyak manusia jatuh kedalam dosa
Membiarkan iblis memimpin mereka
Membiarkan mereka memasuki lorong panas yaitu neraka

Tuhanku kami hanya mau bersamaMu
Tidak akan mau masuk kedalam dosa
Hanya bersamaMu Yesus Bapaku
Puisi oleh : Kezia Sebayang

Rabu, 23 Januari 2008

Wine/anggur untuk Taneh Karo


Wine, atau anggur adalah minuman mewah yang biasa ditemui dalam perjamuan-perjamuan makan, atau kalau mau menikmati sendiri pergilah ke wine shop, wine corner maka kita bisa menikmati berbagai jenis wine atau anggur, walaupun dengan harga yang tidak murah alias mahal. Dengan kata lain anggur adalah minuman yang berkelas dan mahal.


Sudah sejak ribuan tahun yang lalu, anggur dikonsumsi oleh masyarakat terutama di dunia Barat, bahkan di dalam Bible kita membaca tentang kisah anggur di perjamuan nikah dan banyak perumpamaan tentang anggur.


Banyak jenis anggur berdasarkan asal, cara pembuatan, kwalitas, tetapi secara umum kita mengenal anggur putih atau anggur merah, keduanya berasal dari buah anggur dengan proses pembuatan yang berbeda, tetapi yang jelas anggur ini adalah minuman kuno yang sudah diproduksi orang sejak dahulu kala. Cara pembuatan anggur sebetulnya tidak susah-susah sekali dengan cara pembuatan yang sederhana banyak anggur bermutu yang dihasilkan, tetapi memang semua bermula dari penanaman bibit anggur yang berkualitas.


Anggur memang bukan tanaman yang tumbuh subur di Taneh Karo Simalem, bukan tanaman yang dikenal sehingga kita hanya mengenal tuak yang berasal dari pohon nira atau kelapa dan tidak layak diproduksi karena tidak enak dan memabukkan. Tetapi mengapa kita tidak mencoba membuat anggur (Wine), karena tidak susah dan berharga tinggi.


Sekarang mulai dikenal Fruit Wine, anggur yang dihasilkan dari buah-buahan selain anggur, rasa dan kualitasnya tidak kalah dengan anggur, Taneh Karo Simalem memiliki iklim yang sejuk, penghasil buah-buahan, sehingga layak dipertimbangkan sebagai penghasil fruit wine atau wine bila bisa menanam anggur.


Ini bukan mengajak kita untuk menjadi pemabuk, anggur yang dikonsumsi dengan benar menyehatkan dan menjadi gaya hidup, ini bisa menghasilkan uang, mari kita bereksperiment dengan berbagai buah untuk menghasilkan anggur buah yang pas.

Kamis, 17 Januari 2008

Vision for Taneh Karo

Taneh Karo, sebuah kabupaten yang berada di pegunungan, dengan akses yang jauh dan terbatas dari urat nadi perekonomian global maupun nasional. Sumber pendapatan masyarakat berasal dari pertanian tradisionil, kehutanan, pariwisata dan jasa secara terbatas. Belum ada kita temukan seorang pengusaha di Taneh Karo yang dikenal di tingkat propinsi konon lagi nasional, kelihatannya masih jauh. Peran pemerintah juga kelihatannya tidak banyak untuk merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena sibuk dengan masalahnya sendiri (kekuasaan ???), maka hanya masyarakat secara mandirilah yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidupnya, tetapi bagaimana ???.
Sekedar saran dan penggugah.
Pembangunan di Taneh Karo haruslah diarahkan kepada pembangunan berbasiskan pertanian, pariwisata dan jasa yang bersahabat dengan alam, kita sudah melihat banyak contoh di Pulau Jawa, karena tingginya eksploitasi terhadap alam, mengakibatkan banjir, kekeringan dan ketidakstabilan produksi yang akhirnya menyengsarakan rakyat. Sebagai pembanding Pulau Bali yang menjadikan alam sebagai sahabat, tetap hidup aman dan makmur.
Taneh Karo memang bukan Bali, Taneh Karo mempunyai ciri dan kekuatan sendiri, inilah yang harus digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Produk Pertanian. Taneh Karo diarahkan kepada pertanian berbasiskan alam, berteknologi maju peduli lingkungan dan menejemen modern. Pertanian di Taneh Karo harus ramah lingkungan hindari menggunakan bahan-bahan kimia tetapi pertinggi penggunaan bahan organik. Kembangkan produk tanaman hias dan obat dalam skala industri, sekaligus juga sebagai wisata pertanian.
Pariwisata. Taneh Karo adalah daerah yang sejuk, indah dan tidak terlalu jauh dari pusat propinsi di Medan, memiliki gunung-gunung baik api maupun tidak, sungai-sungai yang panjang dan mudah diakses. Pariwisata di Taneh Karo harus dapat memanfaatkan keindahan alam ini, industri pariwisata di Taneh Karo harus menjadi prioritas ke dua setelah pertanian, semua desa di Taneh Karo dapat menjadi daerah tujuan wisata, tetapi tentu saja perlu perubahan kultur, kebiasaan serta pembangunan fasilitas, tidak akan dapat dengan cepat terwujud ( Bali membutuhkan puluhan tahun agar dapat diakui sebagai wisata budaya, yang dirangsang oleh pemerintah/rajanya), dapat dimulai dari Berastagi dan desa-desa disekitarnya, tujuan akhir adalah Tourist masuk desa untuk menginap dan hidup bersama dengan rakyat desa.
Jasa. Sektor jasa adalah pendukung ke-dua sektor diatas, penduduk Taneh Karo terkenal dengan kegigihannya dalam belajar, pintar dan tertarik dalam pendidikan, sehingga sektor jasa yang membutuhkan kemampuan pengetahuan akan mudah dilakukan. Kembangkanlah sekolah-sekolah unggulan mulai dari tingakt SMP sampai Universitas di Tanah Karo yang bertaraf Internasional, biarlah sekali-sekali orang melanjutkan sekolah tidak ke Jawa tetapi ke Taneh Karo. Masih banyak sektor jasa yang dapat dikembangkan.
Semua ini harus berbasis masyarakat, masyarakat desa membentuk kelompok dipelopori oleh masyarakat yang tinggal diluar Taneh Karo yang sudah memiliki kemampuan modal, tidak ada yang akan dirugikan, semua untung, alangkah indahnya mendapat pendapatan yang besar dari kampung halaman sendiri dan membangun kampung halaman sendiri.
Tentunya ini hanya angan-angan tetapi bukankah sesuatu yang besar bermula dari mimpi dan angan-angan.
Tabi mejuah-juah,