Tahun 2014 ini, bagi keluarga kami, adalah tahun perjuangan sekolah. Anak kami Denis, akan menyelesaikan SMA-nya dan mencari tempat kuliah. Bagi kami, ini suatu peristiwa yang besar, dengan alasan pemikiran: ternyata kita sudah tidak muda lagi karena akan segera meng-kuliah-kan anak, dia anak tertua yang akan menjadi contoh (teladan bagi adiknya), tanggung jawab terhadap "Sebayang Mergana Ndube" yang sudah meng-kuliah-kan kami dan pertimbangan finansial (serpi) mengingat biaya kuliah sekarang sangat tinggi. Maka, kami mengingat kembali petuah (pedah) "Sebayang Mergana Ndube", nina: "Adi kita doko nak, arah sekolah e nge ngenca maka banci ku tiga, sebab labo mbelang tanehta, labo kita kalak bayak, pemetehta pe kurang emaka tutusi erlajar". Maka motivasi yang sama, kami sampaikan ke anak kami, dengan cara penyampaian dan bahasa yang sedikit berbeda, campor-campor je bahasana, cakap karo, bahasa Indonesia tahpe manggeris mon-mon ikut ka pe bahasa tangis (beru ginting).
Tahun 1980-an, sampai 1990-an pada masa-masa kami sekolah, di Kuta Perbesi, semangat orang tua untuk menyekolahkan anak begitu tinggi, kebanggaan orang tua adalah, anaknya yang sekolah atau kuliah. Anak kuta Perbesi puluhan bahkan mungkin ratusan kuliah di Medan, Bandung, Yogja dan kota-kota lainnya. Entah bagaimana caranya orang tua mengadakan biaya kuliah, maka bagi kami yang kuliah di Medan, menunggu bus Garuda 35 (motor Tavip) bus satu-satunya Perbesi-Medan PP adalah penantian berbuah senyuman. Kata-kata Bati Sebayang, "Nah... kirimenmu kera, tutus tem sekolah e, mbengkong bapam ncari kenca". bukan sebuah hinaan, tapi kata-kata indah karena dapat kiriman duit dari kampung.
Saat-saat sekarang ini, untuk dapat kuliah, rasanya lebih sulit, baik dari persaingan untuk mendapat tempat kuliah di PTN maupun PTS dan biaya kuliah yang semakin tinggi. Sehingga perlu persiapan yang lebih serius. Tapi bukan tidak bisa, pemerintah ternyata menyediakan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dari sisi biaya. Syaratnya hanya satu BERPRESTASI entah pe MEJILE NILAINA. Untuk berprestasi ini tentu perlu SEMANGAT, TUTUS tah MEGENGGENG tambah nurong lau biang.
Tahun 2014, khususnya PTN, menerapkan berbagai cara seleksi menjaring mahasiswa-nya. Seleksi yang pertama adalah jalur SNMPTN atau dikenal dengan jalur Undangan, menjaring mahasiswa berdasarkan prestasi di SMA, jumlahnya 60 % dari jumlah mahasiswa yang akan diterima. Sisanya 40 %, di isi melalui jalur SBMPTN (ujian tulis) dan bagi universitas tertentu seperi UI, UGM, USU, masih ada jalur masukan seperti SIMAK UI, USM, UM, Mandiri dan istilah lain yang kuotanya juga dari 40 % sisa jalur SNMPTN tersebut. Semakin akhir mendapat kursi universitas, maka biayapun semakin tinggi.
Disamping PTN maupun PTS, sebenarnya MASIH ada SEKOLAH-SEKOLAH KEDINASAN seperti AAL, AAU, AKMIL, AKPOL, STAN, STIS, STIN, STPDN, DLL kalau tidak salah, saat ini sembilan departemen/kementerian masih menyelenggarakan sekolah kedinasan yang biaya kuliahnya gratis alias la nggalar bahkan ada yang diberi uang saku/gaji. Saratna sada ngenca tutus gelah mejile nilai, la banci kusik-kusikken perban lit je mama entahpe bengkila-nta.
Anak kami Denis, atas dukungan doa dan berkat Tuhan, masuk di universitas yang dia cita-citakan. Namun orang tua sempat was-was juga.
E-maka tutusi ndu kam anak-anak kami si sangana bas SMA, sada ngenca modalta adi kita Perbesi nari, tutus sekolah ras erdahin. Erminak talah perbesi, er-gizi cih ras nurong lau biang. Tuhan simasu-masu.
Cilangkap, Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar