Taneh Karo, sebuah kabupaten yang berada di pegunungan, dengan akses yang jauh dan terbatas dari urat nadi perekonomian global maupun nasional. Sumber pendapatan masyarakat berasal dari pertanian tradisionil, kehutanan, pariwisata dan jasa secara terbatas. Belum ada kita temukan seorang pengusaha di Taneh Karo yang dikenal di tingkat propinsi konon lagi nasional, kelihatannya masih jauh. Peran pemerintah juga kelihatannya tidak banyak untuk merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena sibuk dengan masalahnya sendiri (kekuasaan ???), maka hanya masyarakat secara mandirilah yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidupnya, tetapi bagaimana ???.
Sekedar saran dan penggugah.
Pembangunan di Taneh Karo haruslah diarahkan kepada pembangunan berbasiskan pertanian, pariwisata dan jasa yang bersahabat dengan alam, kita sudah melihat banyak contoh di Pulau Jawa, karena tingginya eksploitasi terhadap alam, mengakibatkan banjir, kekeringan dan ketidakstabilan produksi yang akhirnya menyengsarakan rakyat. Sebagai pembanding Pulau Bali yang menjadikan alam sebagai sahabat, tetap hidup aman dan makmur.
Taneh Karo memang bukan Bali, Taneh Karo mempunyai ciri dan kekuatan sendiri, inilah yang harus digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Produk Pertanian. Taneh Karo diarahkan kepada pertanian berbasiskan alam, berteknologi maju peduli lingkungan dan menejemen modern. Pertanian di Taneh Karo harus ramah lingkungan hindari menggunakan bahan-bahan kimia tetapi pertinggi penggunaan bahan organik. Kembangkan produk tanaman hias dan obat dalam skala industri, sekaligus juga sebagai wisata pertanian.
Pariwisata. Taneh Karo adalah daerah yang sejuk, indah dan tidak terlalu jauh dari pusat propinsi di Medan, memiliki gunung-gunung baik api maupun tidak, sungai-sungai yang panjang dan mudah diakses. Pariwisata di Taneh Karo harus dapat memanfaatkan keindahan alam ini, industri pariwisata di Taneh Karo harus menjadi prioritas ke dua setelah pertanian, semua desa di Taneh Karo dapat menjadi daerah tujuan wisata, tetapi tentu saja perlu perubahan kultur, kebiasaan serta pembangunan fasilitas, tidak akan dapat dengan cepat terwujud ( Bali membutuhkan puluhan tahun agar dapat diakui sebagai wisata budaya, yang dirangsang oleh pemerintah/rajanya), dapat dimulai dari Berastagi dan desa-desa disekitarnya, tujuan akhir adalah Tourist masuk desa untuk menginap dan hidup bersama dengan rakyat desa.
Jasa. Sektor jasa adalah pendukung ke-dua sektor diatas, penduduk Taneh Karo terkenal dengan kegigihannya dalam belajar, pintar dan tertarik dalam pendidikan, sehingga sektor jasa yang membutuhkan kemampuan pengetahuan akan mudah dilakukan. Kembangkanlah sekolah-sekolah unggulan mulai dari tingakt SMP sampai Universitas di Tanah Karo yang bertaraf Internasional, biarlah sekali-sekali orang melanjutkan sekolah tidak ke Jawa tetapi ke Taneh Karo. Masih banyak sektor jasa yang dapat dikembangkan.
Semua ini harus berbasis masyarakat, masyarakat desa membentuk kelompok dipelopori oleh masyarakat yang tinggal diluar Taneh Karo yang sudah memiliki kemampuan modal, tidak ada yang akan dirugikan, semua untung, alangkah indahnya mendapat pendapatan yang besar dari kampung halaman sendiri dan membangun kampung halaman sendiri.
Tentunya ini hanya angan-angan tetapi bukankah sesuatu yang besar bermula dari mimpi dan angan-angan.
Tabi mejuah-juah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar