1. Pendahuluan.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk berpikir dan berperilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. Dalam bahasa yang lebih praktis, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dan membawa pengikut atau orang yang dipimpin mencapai tujuan organisasi. Cara-cara memimpin sudah menjadi disiplin ilmu yang dirumuskan dalam teori-teori kepemimpinan, sehingga dapat dipelajari dan dilatih. Teori kepemimpinan yang dikenal saat ini, umumnya berasal dari model kepemimpinan barat modern maupun post modern atau model kepemimpinan Jawa warisan nenek moyang yang biasanya dirumuskan dalam bahasa sansekerta dan banyak dianut di Indonesia.
Masyarakat Karo, adalah suatu masyarakat yang tua, walaupun belum didukung oleh bukti sejarah yang tertulis, diyakini bahwa nenek moyang orang Karo pernah memiliki kerajaan besar Haru. Warisan model kepemimpinan apakah yang ditinggalkan kerajaan tersebut untuk kita, dimanakah kita dapat mempelajarinya dan apakah dapat kita gunakan sebagai Model Kepemimpinan Khas Karo untuk membangun Taneh Karo Simalem.
2. Model-Model Kepemimpinan
Untuk dapat mengenal model kepemimpinan Karo, sebaiknya terlebih dahulu kita mengenal beberapa model kepemimpinan yang sekarang banyak digunakan oleh para pemimpin dan menjadi sifat dari kepemimpinannya.
a. Type Kepemimpinan Rumusan Barat.
1) Paternalis. Kebapaan, model kepemimpinan yang melindungi, tempat bertanya, hubungan informal, pengambilan keputusan terpusat, model ini biasanya tidak timbulkan kreatifitas.
2) Laisser Faire (let think alone). Model kepemimpinan pasif, menganggap semua staf atau bawahannya dewasa, permisif, kepentingan bawahan diperhatikan, bawahan dianggap rekan, mendorong kreatifitas, tidak intervensif.
3) Demokratis. Model kepemimpinan dimana pemimpin berlaku sebagai koordinator dan integrator, menjunjung harkat manusia, pengambilan keputusan kolektif, korektif dan edukatif terhadap kesalahan bawahan, mendorong inovasi serta mengajak bawahan ikut berpartisipasi.
4) Diktator. Model kepemimpinan yang terpusat pada satu pemimpin, berupa pemaksaan kehendak pemimpin, arus informasi hanya satu arah dari atas ke bawah.
b. Model Kepemimpinan Sun Tzu
Di China kita mengenal Sun Tzu yang meletakkan model kepemimpinan yang dikenal dengan SPARKLE Sun Tzu berupa : Self discipline, purpose, accomplishment, responsibility, knowledge, laddership and example.
c. Asta Brata R. Ngabehi Yosodipuro (Pujangga Keraton Surakarta). Model kepemimpinan ini menggambarkan sifat-sifat pemimpin berdasarkan sifat-sifat alam. Model ini banyak dianut oleh pemimpin Indonesia:
1) Matahari. Penuh energi dan menerangi.
2) Bulan. Indah dan menyejukkan.
3) Bintang. Pemberi petunjuk arah.
4) Angin. Mengisi setiap tempat kosong.
5) Awan. Menakutkan tapi memberi kehidupan.
6) Api. Tegas tidak pandang bulu.
7) Laut. Luas memuat apa saja.
8) Bumi. Kokoh.
d. Siapakah Pemimpin.
Who is leader? A leader is one who : Know the way, show the way. and goes the way. Banyak kata yang dapat diberikan untuk menggambarkan seorang pemimpin. Kita juga mengenal gaya-gaya kepemimpinan beberapa pemimpin kita seperti : Soekarno yang orator ulung, kharismatis dan weruh sadurunging winarah, beliau memiliki intuisi yang tinggi sehingga seakan tahu sebelum terjadi. Soeharto yang selalu mengingatkan ojo gumunan, ojo kagetan dan ojo dumeh sehingga setiap saat siap dengan perubahan dan rendah hati. Presiden SBY yang digambarkan Bhirawa Anoraga, gagah perkasa di luar lembut di dalam. Seorang pemimpin sejati selalu siap menyingsingkan lengan bajunya untuk sesuatu, bahkan untuk hal yang tidak dapat dilakukan orang lain sekalipun, ia melakukan banyak hal sehingga orang lain besemangat melakukannya (Charles De Gaulle).
3. Model Kepemimpinan Karo
Sepintas kita telah melihat bentuk-bentuk kepemimpinan dan banyak lagi bentuk kepemimpinan yang lain. Diantara bentuk, type ataupun model tersebut, bagaimanakah model kepemimpinan Karo yang kiranya dapat dianut dan diterapkan oleh pemimpin di Taneh Karo Simalem. Untuk mencari bentuk kepemimpinan tersebut kita tidak memiliki warisan tulisan dari lelulur seperti buku Negara Kretagama, Serat Centini, Mahabarata, Ramayana dan lainnya seperti suku lain. namun kita ditinggali sikap hidup, kebiasaan, adat, kuan-kuanen dan pedah-pedah.
a. Demokrasi.
Dari tulisan-tulisan sejarah diyakini bahwa pernah terdapat Kerajaan Karo di wilayah Sumatera. Kerajaan Karo ini terdiri dari beberapa dinasti yang bisa disebut Kerajaan Haru, Aru, Guri, Deli, Dll. Letak kerajaan ini bila dilihat dari motif penyebaran penduduk saat itu akan berada di pesisir pantai atau di sekitar sungai besar. Akibat pertentangan atau invasi dari kerajaan lain, kerajaan Karo sering mengalami perubahan dinasti atau dalam taklukan. Kerabat kerajaan dan rakyat yang tidak bersedia dalam taklukan berpindah dalam kelompok-kelompok kecil ke arah pegunungan yang kita kenal sebagai wilayah Taneh Karo saat ini membentuk kuta yang bebas tidak dibawah kekuasaan sebuah kerajaan. Dalam menyelenggarakan aturan atau pemerintahan, mereka membentuk kekuasaan bersama dalam hubungan senina, kalimbubu dan anak beru. Dalam perkembangannya kemudian, karena sudah semakin banyak desa akibat pertumbuhan penduduk atau migrasi baru, terbentuk Perbapaan, Urung dan Sibayak. Namun hirarki ini bukan bersifat mengatur lebih mengarah kepada pencegahan dan penyelesaian persengketaan belaka. Dengan latar belakang seperti inilah maka sejak dahulu orang Karo tidak mengenal kasta, memandang semua manusia sama, tidak mengenal sikap sebagai abdi atau kaulo seperti di Jawa (maka tidak mengherankan walaupun seorang anak kuta telah mencapai posisi tinggi di pemerintahan, apabila pulang ke desa akan dianggap sama seperti masyarakat lainnya), mereka mengedepankan musyawarah dan mufakat (runggu) dan menjungjung tinggi aturan adat. Ini adalah hakekat demokrasi.
b. Terbuka dan Menghargai.
Dari peribahasa dan ajaran-ajaran hidup yang dituturkan secara turun-menurun, kita dapat mengenal sikap keterbukaan dan menghargai orang Karo.
1) Ula belasken kata la tuhu kata tengteng banci turiken. Pintar dalam memilih kata dalam berbicara, sehingga tidak menyakitkan perasaan orang walaupun yang dibicarakan tersebut tentang kesalahan atau kelemahan orang tersebut, inilah sifat menghargai dari orang Karo.
2) Bagi Sinungkir buluh sengawan. Dalam bermusywarah, harus berterus terang sehingga tidak akan menimbulkan banyak pendapat dan penafsiran. Katakanlah ya bila ya, tidak bila tidak.
3) Bagi surat ukat, rendi enta. Saling memberi dan saling mengalah, dalam kehidupan kita tidak boleh hanya menerima tetapi juga harus memberi.
4) Ermela malu ibas enggeluh. Yang membatasi atau mengatur perbuatan adalah rasa malu kepada diri sendiri dan kepada orang alin. Lebih memalukan digunjingkan orang lain dari pada mendapat hukuman penjara.
c. Beradat.
Bila kita melihat kepada model kepemimpinan non formal pada upacara-upacara adat dan individu tertentu di masyarakat, pribadi yang sangat dihormati dan dihargai memiliki ciri:
1) Peduli. Seorang pribadi akan dihormati dan dihargai orang lain apabila rajin mengunjungi orang lain, baik diundang (pesta) maupun tidak diundang (menjunguk orang sakit).
2) Meteh adat. Mengerti dan menjalankan sikap sebagai masyarakat sesuai adat Karo (tutur siwaluh, rakut sitelu). Mengerti menjalankan tata upacara adat, mulai dari adat kelahiran sampai kematian dan dapat menyelenggarakan pesta adat kalimbubu maupun anak beru seninana-nya.
3) Pintar Berbicara. Bahasa Karo tidak mengenal kalimat lembut dan kasar, namun ada orang yang dapat memilih kata dengan baik. Dalam pesta adat kebiasaan berbicara sangat perlu, kadang diselingi dengan pribahasa. Orang yang pintar berbicara akan dihargai untuk mengagungkan suasana pesta dan juga sebagai juru damai.
4) Berpengetahuan. Orang Karo sangat menghargai orang yang memiliki kemampuan melebihi dirinya apabila ditunjukkan tidak dengan merendahkan orang lain. Pada jaman dahulu guru-guru atau dukun sangat dihargai. dalam konteks kekinian orang yang demikian dapat disejajarkan dengan orang yang memiliki pengetahuan luas.
4. Kesimpulan.
a. Mempelajari teori kepemimpinan pada akhirnya bukan untuk mempelajari cara-cara memimpin tetapi lebih kepada bagaimanakah sifat-sifat seorang pemimpin atau bagaimanakah seharusnya seorang pemimpin bersikap. Untuk Model Kepemimpinan Karo sifat-sifat kepemimpinan tersebut adalah :
1) Demokratis dan taat pada aturan. Memandang semua orang sebagai saudara dan sederajat.
2) Terbuka dan menghargai. Terbuka dalam setiap permasalahan dan menghargai pendapat orang lain.
3) Beradat. Mengerti bersikap sebagai orang Karo dan Mengerti tata acara adat Karo.
b. Masih banyak pedah tua-tua sinuria yang kiranya dapat kita adopsi sebagai Model Kepemimpinan Karo dan mungkin juga dapat disimbolkan dengan alam Taneh Karo, seperti sifat Deleng Sibayak, Bulan, Bintang atau Lau Biang simalem. Tulisan ini hanyalah setitik dari kekayaan budaya karo.
Masyarakat Karo, adalah suatu masyarakat yang tua, walaupun belum didukung oleh bukti sejarah yang tertulis, diyakini bahwa nenek moyang orang Karo pernah memiliki kerajaan besar Haru. Warisan model kepemimpinan apakah yang ditinggalkan kerajaan tersebut untuk kita, dimanakah kita dapat mempelajarinya dan apakah dapat kita gunakan sebagai Model Kepemimpinan Khas Karo untuk membangun Taneh Karo Simalem.
2. Model-Model Kepemimpinan
Untuk dapat mengenal model kepemimpinan Karo, sebaiknya terlebih dahulu kita mengenal beberapa model kepemimpinan yang sekarang banyak digunakan oleh para pemimpin dan menjadi sifat dari kepemimpinannya.
a. Type Kepemimpinan Rumusan Barat.
1) Paternalis. Kebapaan, model kepemimpinan yang melindungi, tempat bertanya, hubungan informal, pengambilan keputusan terpusat, model ini biasanya tidak timbulkan kreatifitas.
2) Laisser Faire (let think alone). Model kepemimpinan pasif, menganggap semua staf atau bawahannya dewasa, permisif, kepentingan bawahan diperhatikan, bawahan dianggap rekan, mendorong kreatifitas, tidak intervensif.
3) Demokratis. Model kepemimpinan dimana pemimpin berlaku sebagai koordinator dan integrator, menjunjung harkat manusia, pengambilan keputusan kolektif, korektif dan edukatif terhadap kesalahan bawahan, mendorong inovasi serta mengajak bawahan ikut berpartisipasi.
4) Diktator. Model kepemimpinan yang terpusat pada satu pemimpin, berupa pemaksaan kehendak pemimpin, arus informasi hanya satu arah dari atas ke bawah.
b. Model Kepemimpinan Sun Tzu
Di China kita mengenal Sun Tzu yang meletakkan model kepemimpinan yang dikenal dengan SPARKLE Sun Tzu berupa : Self discipline, purpose, accomplishment, responsibility, knowledge, laddership and example.
c. Asta Brata R. Ngabehi Yosodipuro (Pujangga Keraton Surakarta). Model kepemimpinan ini menggambarkan sifat-sifat pemimpin berdasarkan sifat-sifat alam. Model ini banyak dianut oleh pemimpin Indonesia:
1) Matahari. Penuh energi dan menerangi.
2) Bulan. Indah dan menyejukkan.
3) Bintang. Pemberi petunjuk arah.
4) Angin. Mengisi setiap tempat kosong.
5) Awan. Menakutkan tapi memberi kehidupan.
6) Api. Tegas tidak pandang bulu.
7) Laut. Luas memuat apa saja.
8) Bumi. Kokoh.
d. Siapakah Pemimpin.
Who is leader? A leader is one who : Know the way, show the way. and goes the way. Banyak kata yang dapat diberikan untuk menggambarkan seorang pemimpin. Kita juga mengenal gaya-gaya kepemimpinan beberapa pemimpin kita seperti : Soekarno yang orator ulung, kharismatis dan weruh sadurunging winarah, beliau memiliki intuisi yang tinggi sehingga seakan tahu sebelum terjadi. Soeharto yang selalu mengingatkan ojo gumunan, ojo kagetan dan ojo dumeh sehingga setiap saat siap dengan perubahan dan rendah hati. Presiden SBY yang digambarkan Bhirawa Anoraga, gagah perkasa di luar lembut di dalam. Seorang pemimpin sejati selalu siap menyingsingkan lengan bajunya untuk sesuatu, bahkan untuk hal yang tidak dapat dilakukan orang lain sekalipun, ia melakukan banyak hal sehingga orang lain besemangat melakukannya (Charles De Gaulle).
3. Model Kepemimpinan Karo
Sepintas kita telah melihat bentuk-bentuk kepemimpinan dan banyak lagi bentuk kepemimpinan yang lain. Diantara bentuk, type ataupun model tersebut, bagaimanakah model kepemimpinan Karo yang kiranya dapat dianut dan diterapkan oleh pemimpin di Taneh Karo Simalem. Untuk mencari bentuk kepemimpinan tersebut kita tidak memiliki warisan tulisan dari lelulur seperti buku Negara Kretagama, Serat Centini, Mahabarata, Ramayana dan lainnya seperti suku lain. namun kita ditinggali sikap hidup, kebiasaan, adat, kuan-kuanen dan pedah-pedah.
a. Demokrasi.
Dari tulisan-tulisan sejarah diyakini bahwa pernah terdapat Kerajaan Karo di wilayah Sumatera. Kerajaan Karo ini terdiri dari beberapa dinasti yang bisa disebut Kerajaan Haru, Aru, Guri, Deli, Dll. Letak kerajaan ini bila dilihat dari motif penyebaran penduduk saat itu akan berada di pesisir pantai atau di sekitar sungai besar. Akibat pertentangan atau invasi dari kerajaan lain, kerajaan Karo sering mengalami perubahan dinasti atau dalam taklukan. Kerabat kerajaan dan rakyat yang tidak bersedia dalam taklukan berpindah dalam kelompok-kelompok kecil ke arah pegunungan yang kita kenal sebagai wilayah Taneh Karo saat ini membentuk kuta yang bebas tidak dibawah kekuasaan sebuah kerajaan. Dalam menyelenggarakan aturan atau pemerintahan, mereka membentuk kekuasaan bersama dalam hubungan senina, kalimbubu dan anak beru. Dalam perkembangannya kemudian, karena sudah semakin banyak desa akibat pertumbuhan penduduk atau migrasi baru, terbentuk Perbapaan, Urung dan Sibayak. Namun hirarki ini bukan bersifat mengatur lebih mengarah kepada pencegahan dan penyelesaian persengketaan belaka. Dengan latar belakang seperti inilah maka sejak dahulu orang Karo tidak mengenal kasta, memandang semua manusia sama, tidak mengenal sikap sebagai abdi atau kaulo seperti di Jawa (maka tidak mengherankan walaupun seorang anak kuta telah mencapai posisi tinggi di pemerintahan, apabila pulang ke desa akan dianggap sama seperti masyarakat lainnya), mereka mengedepankan musyawarah dan mufakat (runggu) dan menjungjung tinggi aturan adat. Ini adalah hakekat demokrasi.
b. Terbuka dan Menghargai.
Dari peribahasa dan ajaran-ajaran hidup yang dituturkan secara turun-menurun, kita dapat mengenal sikap keterbukaan dan menghargai orang Karo.
1) Ula belasken kata la tuhu kata tengteng banci turiken. Pintar dalam memilih kata dalam berbicara, sehingga tidak menyakitkan perasaan orang walaupun yang dibicarakan tersebut tentang kesalahan atau kelemahan orang tersebut, inilah sifat menghargai dari orang Karo.
2) Bagi Sinungkir buluh sengawan. Dalam bermusywarah, harus berterus terang sehingga tidak akan menimbulkan banyak pendapat dan penafsiran. Katakanlah ya bila ya, tidak bila tidak.
3) Bagi surat ukat, rendi enta. Saling memberi dan saling mengalah, dalam kehidupan kita tidak boleh hanya menerima tetapi juga harus memberi.
4) Ermela malu ibas enggeluh. Yang membatasi atau mengatur perbuatan adalah rasa malu kepada diri sendiri dan kepada orang alin. Lebih memalukan digunjingkan orang lain dari pada mendapat hukuman penjara.
c. Beradat.
Bila kita melihat kepada model kepemimpinan non formal pada upacara-upacara adat dan individu tertentu di masyarakat, pribadi yang sangat dihormati dan dihargai memiliki ciri:
1) Peduli. Seorang pribadi akan dihormati dan dihargai orang lain apabila rajin mengunjungi orang lain, baik diundang (pesta) maupun tidak diundang (menjunguk orang sakit).
2) Meteh adat. Mengerti dan menjalankan sikap sebagai masyarakat sesuai adat Karo (tutur siwaluh, rakut sitelu). Mengerti menjalankan tata upacara adat, mulai dari adat kelahiran sampai kematian dan dapat menyelenggarakan pesta adat kalimbubu maupun anak beru seninana-nya.
3) Pintar Berbicara. Bahasa Karo tidak mengenal kalimat lembut dan kasar, namun ada orang yang dapat memilih kata dengan baik. Dalam pesta adat kebiasaan berbicara sangat perlu, kadang diselingi dengan pribahasa. Orang yang pintar berbicara akan dihargai untuk mengagungkan suasana pesta dan juga sebagai juru damai.
4) Berpengetahuan. Orang Karo sangat menghargai orang yang memiliki kemampuan melebihi dirinya apabila ditunjukkan tidak dengan merendahkan orang lain. Pada jaman dahulu guru-guru atau dukun sangat dihargai. dalam konteks kekinian orang yang demikian dapat disejajarkan dengan orang yang memiliki pengetahuan luas.
4. Kesimpulan.
a. Mempelajari teori kepemimpinan pada akhirnya bukan untuk mempelajari cara-cara memimpin tetapi lebih kepada bagaimanakah sifat-sifat seorang pemimpin atau bagaimanakah seharusnya seorang pemimpin bersikap. Untuk Model Kepemimpinan Karo sifat-sifat kepemimpinan tersebut adalah :
1) Demokratis dan taat pada aturan. Memandang semua orang sebagai saudara dan sederajat.
2) Terbuka dan menghargai. Terbuka dalam setiap permasalahan dan menghargai pendapat orang lain.
3) Beradat. Mengerti bersikap sebagai orang Karo dan Mengerti tata acara adat Karo.
b. Masih banyak pedah tua-tua sinuria yang kiranya dapat kita adopsi sebagai Model Kepemimpinan Karo dan mungkin juga dapat disimbolkan dengan alam Taneh Karo, seperti sifat Deleng Sibayak, Bulan, Bintang atau Lau Biang simalem. Tulisan ini hanyalah setitik dari kekayaan budaya karo.