Apakah sebenarnya adat karo yang sering dibanggakan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat karo ?. Sering kita menganggap bahwa yang disebut adat karo itu adalah tata cara yang dilakukan dalam penyelenggaraan perkawinan, kematian, memasuki rumah baru dll, tidak jarang kita lihat terjadi dialog yang bertele-tele saling mempertahankan pendapatnya tentang pelaksanaan acara tersebut. Apakah ini salah, tentu saja juga tidak, tetapi kadang memang terlihat bahwa adat karo itu menjadi suatu yang sulit untuk dimengerti dan tidak jarang pelaku pembicara dalam adat karo di dominan oleh orang tertentu yang mengerti tata cara adat tersebut. Akibatnya adalah sebagian orang menjadi anti pati dan tidak dapat menghargai adat karo, bersikap acuh bahkan tidak menghargai budaya karo, terutama bagi generasi muda karo yang hidup di perkotaan dan generasi yang lahir diatas tahun 1970-an.
Akapah sebenarnya adat karo itu, apakah yang dipertunjukkan dalam upacara adat itu ?, “ya”, tetapi itu hanya sebagian kecil dan hanya bagian tata upacaranya saja , adat karo yang sebenarnya adalah pola sikap dan pola tindak masyarakat karo dalam kehidupannya. Bagaimana masyarakat karo menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial diatas bumi ini.
Ciri utama adat karo adalah tutor siwaloh yang merupakan kode etik pergaluan masyarakat karo, disana mencakup pola sikap dan pola tindak dalam pergaulan, inilah sebenarnya yang mengikat dan sekaligus menjadi ciri utama adat masyarakat karo. Dalam konsep ini seluruh masyarakat karo bahkan semua manusia di dunia adalah keluarga dalam arti sebenarnya. Tidak ada masyarakat karo yang tidak mempunyai keluarga dimanapun dia berada, sebutan bengkila, mama, permen, bere-bere, turangku, impal, silih dll, adalah sebutan yang menciptakan kedekatan, keharmonisan, kepuasan batin yang bukan berpura-pura dan menjadi pengikat yang begitu erat. Maka ertutor lah karena semua kita keluarga dan wariskan budaya ertutor. Kemudian bagaimana dengan tata upacara adat-nya, itu hanya manifestasinya turunan dari tata pergaulannya, yang dapat berubah menurut ruang, tempat dan waktu, yang lebih penting adalah kode etik pergaulannya, maka semuanya akan menjadi mudah.
Apabila seseorang memanggil kita dengan sebutan tutor, seperti bengkila atau mama maka orang yang memanggil/dipanggil tersebut sudah dianggap seperti keluarga sendiri, seperti anaknya sendiri. Apakah ada budaya atau adat lain yang mengatur tata pergaulan seperti ini, mungkin ada tetapi saya yakin tidak banyak di dunia ini, umumnya tata pergaulan lain hanya mengatur pergaulan yang berinteraksi langsung atau dekat lingkungannya tanpa ada ikatan secara emosi.
Apakah adat ini masih relevan, sampai saat ini masih sangat relevan, bahkan menurut kami semakin perlu, tata pergaulan dunia saat ini dan masa yang akan datang akan dipengaruhi banyak oleh nilai-nilai kejujuran, kepedulian, profesional dan cinta lingkungan. Budaya karo sudah melakukannya sejak dahulu maka adat karo perlu mendunia, mari kita perkenalkan budaya ertutur kepada masyarakat lain, jangan menutup diri dengan orang asing (non karo) ajak mereka ertutur, panggil mereka dengan sebutan tutor karo dan perlakukan mereka seperti sebutan itu. Maka yakinlah orang asing akan datang ke Taneh Karo, menjadikan Taneh Karo menjadi kampung keduanya. Taneh Karo menjadi Taneh Simalem bagi semua orang, taneh harapan, taneh yang penuh kasih Tuhan. Karena adat karo itu dasarnya adalah kasih.
Mejuah-juahAkapah sebenarnya adat karo itu, apakah yang dipertunjukkan dalam upacara adat itu ?, “ya”, tetapi itu hanya sebagian kecil dan hanya bagian tata upacaranya saja , adat karo yang sebenarnya adalah pola sikap dan pola tindak masyarakat karo dalam kehidupannya. Bagaimana masyarakat karo menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial diatas bumi ini.
Ciri utama adat karo adalah tutor siwaloh yang merupakan kode etik pergaluan masyarakat karo, disana mencakup pola sikap dan pola tindak dalam pergaulan, inilah sebenarnya yang mengikat dan sekaligus menjadi ciri utama adat masyarakat karo. Dalam konsep ini seluruh masyarakat karo bahkan semua manusia di dunia adalah keluarga dalam arti sebenarnya. Tidak ada masyarakat karo yang tidak mempunyai keluarga dimanapun dia berada, sebutan bengkila, mama, permen, bere-bere, turangku, impal, silih dll, adalah sebutan yang menciptakan kedekatan, keharmonisan, kepuasan batin yang bukan berpura-pura dan menjadi pengikat yang begitu erat. Maka ertutor lah karena semua kita keluarga dan wariskan budaya ertutor. Kemudian bagaimana dengan tata upacara adat-nya, itu hanya manifestasinya turunan dari tata pergaulannya, yang dapat berubah menurut ruang, tempat dan waktu, yang lebih penting adalah kode etik pergaulannya, maka semuanya akan menjadi mudah.
Apabila seseorang memanggil kita dengan sebutan tutor, seperti bengkila atau mama maka orang yang memanggil/dipanggil tersebut sudah dianggap seperti keluarga sendiri, seperti anaknya sendiri. Apakah ada budaya atau adat lain yang mengatur tata pergaulan seperti ini, mungkin ada tetapi saya yakin tidak banyak di dunia ini, umumnya tata pergaulan lain hanya mengatur pergaulan yang berinteraksi langsung atau dekat lingkungannya tanpa ada ikatan secara emosi.
Apakah adat ini masih relevan, sampai saat ini masih sangat relevan, bahkan menurut kami semakin perlu, tata pergaulan dunia saat ini dan masa yang akan datang akan dipengaruhi banyak oleh nilai-nilai kejujuran, kepedulian, profesional dan cinta lingkungan. Budaya karo sudah melakukannya sejak dahulu maka adat karo perlu mendunia, mari kita perkenalkan budaya ertutur kepada masyarakat lain, jangan menutup diri dengan orang asing (non karo) ajak mereka ertutur, panggil mereka dengan sebutan tutor karo dan perlakukan mereka seperti sebutan itu. Maka yakinlah orang asing akan datang ke Taneh Karo, menjadikan Taneh Karo menjadi kampung keduanya. Taneh Karo menjadi Taneh Simalem bagi semua orang, taneh harapan, taneh yang penuh kasih Tuhan. Karena adat karo itu dasarnya adalah kasih.
Cilangkap, 2 Okt 2008